Dibalik Kegagalan Resolusi Tahun Baru

 




Tahun baru seringkali dijadikan sebagai momentum bagi kebanyakan orang untuk membuat pencapaian baru. Tak heran jika orang berlomba-lomba untuk menyusun berbaris-baris goals yang kerap kita sebut dengan resolusi tahun baru. Momen tahun baru memberikan nuansa baru yang mengaktifkan harapan-harapan yang ingin dicapai dimasa mendatang. Hal ini mendorong diri kita untuk bisa lebih baik dari tahun sebelumnya. Menetapkan resolusi atau goals dapat membawa perubahan yang baik. Sayangnya, pada kenyataannya semangat untuk mencapai perubahan baru hanya bertahan pada awal bulan saja, sehingga mayoritas orang gagal menjalani resolusi yang telah dibuatnya. Meskipun suasana tahun baru membuat orang-orang excited dengan harapan-harapan yang ingin mereka capai, namun tidak banyak orang yang benar-benar memikirkan bagaimana cara mencapai harapan-harapan tersebut.



Orang terlalu fokus dengan outcome daripada memetakan langkah apa yang perlu dilakukan untuk mencapai resolusi. Banyak yang tidak memahami bahwa goals take time dan ketika goals tidak segera tercapai orang akan merasa putus asa dan menyerah sebelum tercapai. Poin selanjutnya yang membuat kita gagal mencapai resolusi adalah tidak menetapkan goals relevan dengan diri kita. Suatu hal akan lebih mudah dicapai jika berkaitan dengan diri kita. Coba bandingkan, seseorang melakukan diet setelah disarankan oleh dokter karena penyakit kolesterol yang dideritanya dengan seseorang yang melakukan diet agar tubuhnya terlihat seperti artis idolanya. Tentu saja seseorang yang melakukan diet karena penyakit yang dideritanya memiliki kemungkinan keberhasilan lebih tinggi. Adanya kebutuhan yang relevan dengan diri kita lebih memotivasi kita untuk mencapai resolusi yang kita tetapkan. Point ketiga alasan dibalik gagalnya resolusi akhir tahun karena sebuah perubahan baru setidaknya membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga bulan untuk menjadi sebuah kebiasaan. Sayangnya, banyak orang yang menyerah membangun kebiasaan baru tersebut hanya dalam kurun waktu kurang dari sebulan.


Lalu apakah menyusun resolusi hanya usaha yang sia-sia? Tidak juga, tiap manusia memiliki dorongan untuk menjadi lebih baik, dengan menetapkan resolusi akan membuat orang lebih terarah dalam mencapainya. Seringkali kita terjebak dengan pemikiran bahwa resolusi adalah sebuah ritual yang hanya bisa dibuat dan dimulai saat awal tahun saja. Kita perlu keluar dari jebakan ini dan mulai berpikir bahwa perubahan dapat dilakukan kapan saja. Selanjutnya, breakdown resolusi menjadi tugas-tugas sederhana. Terkadang orang merasa terbebani dengan resolusi yang muluk dan tidak tahu harus mulai darimana mencapainya. Sehingga, kita perlu memetakan menjadi tugas-tugas yang lebih mudah dilakukan sehari-hari. Misalnya, jika kita ingin menurunkan berat badan bisa dimulai dengan meluangkan waktu 15 menit setiap hari untuk berjalan-jalan, mengonsumsi buah setiap pagi dan malam hari, membawa tumbler dan mengonsumsi air putih untuk mengurangi minuman berkalori tinggi. Selain itu, penting bagi kita untuk mengetahui tujuan dibalik resolusi yang ingin kita capai. Kita harus memiliki alasan yang kuat mengapa harus mencapai resolusi itu. Buatlah resolusi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi diri kita sendiri karena dorongan dari diri sendiri akan membantu kita mempertahankan motivasi untuk mencapai resolusi yang kita buat. Sebagai penutup, kita tidak perlu membuat resolusi semata-mata untuk memenuhi ekspektasi orang lain dan jangan membebani dirimu dengan deretan daftar resolusi yang tidak sesuai dengan diri kita.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjauhi Toxic People? Kenapa Tidak?

From Overthinking to Positive Thinking

Curhat TeSAGa - Diskriminasi Gender